ketidaksempurnaan rasa dalam cakrawala aksara .

Rabu, 08 Oktober 2014

Hingga Pagi Tiba

Teruntuk yang pernah ada. Menaungi sauna, menjadikannya sejuk dan mendingin meski tengah berkeringat. Aku mengingatnya dengan pilu.

Ada rindu yang tertatih coba menemukan pijakan dan pegangan agar tidak tersungkur. Jadilah ia sebuah cerita dalam pikiran dan hati setiap pemerannya. Aku merindukan ketika kita saling mendekap, menyemangati dalam tangis, menyayang dalam tawa. Hingga pagi tiba.

Aku malu pada apa yang sudah kian terkikis. Ratap untuk diri sendiri lebih baik daripada kumpulan rindu beberapa orang yang enggan saling menyapa dikumpulkan. Aku lihat dia melengang, menciptakan langkah yang kian membesar dan banyak. Secepatnya meninggalkan bayangan dirinya yang belum sempat tertangkap kaca. Namun hatiku tau, mataku tengah mengawasinya.

Aku lelah menjadi benci. Aku letih untuk sesuatu yang kucinta. Aku ingin segera bisa menerka, apa mereka juga sama. Seandainya “seandainya” itu tidak muluk. Ingin ku dekap mereka dalam air. Hingga mereka tidak sadar jika air mata rinduku tak lagi terbendung. Aku ingin menyapanya dalam angin ribut, hingga mereka tidak mendengar isak yang telah lama tertahan kian kencang. Aku ingin bersama mereka. Bersamamu, bersamanya, dan menjadi kita. Ke tempat yang aku sangat hafal. Yang membuatku berpindah dari suatu lingkungan.

Aku tidak butuh pantai, gunung, goa, atau taman hiburan. Reuniku untuk kalian hanya butuh hati dan maaf. Aku sungguh-sungguh ingin kita. Bangun dalam ruang yang sama, masih penuh boneka, selimut berserakan, serta minuman ringan bekas begadang. Hingga pagi tiba.



7 Oktober 2014
Dedicated to : kita berlima, dan lebih dari itu
K.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog List

Pages

© My Whole Trash, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena