ketidaksempurnaan rasa dalam cakrawala aksara .

Senin, 28 April 2014

anak semesta

hai anak semesta yang berinduk hutan dan bapaknya lautan.
kau seperti elegi yang bersinergi dan membentuk karya mengagumkan. sampai mati aku akan memuja penciptaMu.



Read More

Selasa, 15 April 2014

Sahabatmu

Hai
Apa kabarmu manusia yang bertemankan dengan malam dan berintim dengan kesunyian?
Aku masih sama, ingin menantang bulan dan menanggalkan yang kupunya untuk mengantikannya. Semoga kamu baik-baik tanpa kebohongan. Aku selalu ingin mengabarkan, namun selalu terbatas oleh media. Bukan jarak dan waktu, namun sebuah media yang kuberi nama, "nyali". Kamu tahu susahnya?
Setiap selasa aku beritual dengan mantra yang lirih kuramalkan untuk sekedar mencuri kesempatan jika takdir lelah memutus.

Malam ini alam bersinergi untuk mencuri segenap perhatianku, untuk membuat lututku lemas bersujud. Memaksa apa yang aku punya untuk mengakui bahwa aku,
Rindu...

Apakah kamu... oh lupakan. Aku hanya berbicara dengan tombol yang penuh akan angka. Mungkin dia yang sangat mengerti pada saat-saat seperti ini.

Angin memanggilku keluar dari balkon rumah sederhana, menunjukkanku jalan, bukan untuk pulang. Namun untuk bertanya akankah kau memikirkan hal yang sama. Garis cahaya di kanvas hitam super besar itu sangat indah. Mungkin suatu saat kita bisa melihatnya bersama di lahan rumput sempit sambil rebahan dan menikmati cokelat panas. Aku berjanji akan membuatkanmu mawar kertas. bukan burung kertas, aku tidak pandai membuatnya. Ada beberapa titik tidak begitu besar memendar, lebih terang dari teman-temannya. Biasa kugambar dengan bangun datar segi sepuluh.

Belum puas membuatku kalah, malam mempertegas keadaan dengan aku bercerita pada diriku sendiri, menikmatinya sendiri. Semakin buruk bukan?
Tidak. Aku tidak akan menyalahkan teman setiamu. Aku hanya lebih tidak suka dengan siang yang membuatku sadar bahwa saat gelap aku selalu mengingatmu.
 

Semoga dengan berakhirnya lagu yang kudengar saat ini, aku sudah bisa mengurangi sedikit rinduku.
Read More

Selasa, 01 April 2014

selasa ketiga

hai
ini selasa ketiga, sejak aku jatuh dalam kubangan ceritanya. entah ada energi positif apa yang selalu kutanamkan setiap memulai hari selasa dengan rasa percaya akan indah. tidak begitu dengan pagi, aku melaluinya dengan biasa, makan makanan yang biasa kumakan, mengikuti rutinitas yang biasa kulakukan.hanya absen akan ritual yang selalu sama.
pagipun segera memuram, menampakkan wajah keabu-abuannya. tidak begitu denganku, aku masih rajin bermimpi di bawah atap separoh terbuka, dengan hiruk pikuk lalu lalang orang dengan aktivitasnya. ada yang beristirahat, ada yang baru memulai mimpi, ada yang menunggu. seperti aku

rutinitas membosankan seperti sebelumnya masih saja kujalankan. kali ini muram pagi mengahantarkannya pada siang yang abunya keterlaluan. badai
ya, hujan badai. baru sekali di kota itu aku melihat hujan sebegitu hebatnya. menyuarakan bunyi-bunyian menakutkan, yang rasanya hanya menunggu momen untuk gelap.
ada yang menyenangkan pada layar ponselku. nama yang sebelumnya kukenal namun belum pernah hadir. aku menemuinya dengan segala kebasa-basian yang kurancang dan dia percaya. seperti selasa biasanya, dia masih menawan.

dari kejauhan sosok itu kukenal, sepatu yang amat kukenal, tangan pemegang rokok handal yang kukenal. kali ini dengan minuman kotak di sampingnya yang kalah segar dengannya. aku berbincang, tidak lama hanya beberapa jam. sembari menunggu hujan yang sedari lama kudoakan agar tidak pernah berhenti. dia terus saja bercerita, mungkin dia lupa atau tidak sadar akan sosok yang sedang mendengar dari semua segi akan dia. dia tidak sadar ada wajah nanar bermata binar berharap dia tidak pernah sadar, hari selasanya selalu dia buat indah.


Read More

Blog List

Pages

© My Whole Trash, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena