ketidaksempurnaan rasa dalam cakrawala aksara .

Senin, 29 September 2014

Selamat Tidur Lagi

 
 
Sekarang pukul 00.18 di tempatku. Entah lebih atau kurang bebera sedikit menit dari waktu ditempatmu, karena kita belum sempat bisa menyamakan waktu. Namun dalam ketidaksamaan aku bisa merasakan tubuhmu tengah berbaring. Sedikit meringkuk ke satu sisi. Sesekali mencoba meraih apa yang bisa kau pegang, dan aku harap itu tanganku, tapi realita menamparku dengan gulingmu. Bantalmu yang kian mengeras masih nyaman kau jadikan alas untuk menggelar imajinasi. Ingin kurapikan rambutmu yang melayu. Lalu berbaring menghadap sisi dimana aku bisa melihat wajahmu yang tengah tersenyum karna tidur terasa sangat syahdu.
 
Dan aku masih di sini berusaha keras menyamakan waktu. Apakah kamu masih disana ? aku sedikit tersesat, kehilangan bintang selatan.
 
Tunggu...
Izinkan aku menyusulmu ke alam dimana aku takkan bersuara agar mimpimu sempurna. Dan tanpa lelah mengitari orbitmu. Atau sudah cukup sebagai selimut tempatmu bersembunyi dari dingin yang kadang membuat bulu lehermu bergidik. Baiklah, akan kumatikan kipas anginmu.
Izinkan aku menjadi apa saja yang bisa kau jamah dengan rasa dan karsa yang lebih nyata saat kau terlelap.
Hingga pagi membangunkanmu dengan wajah malas, dan aku masih di sana. Di sisi dimana kita hanya bisa bertatapan dan bertukar karbondioksida saat membuka mata, sambil saling melempar "selamat pagi". Selamat tidur lagi.
Read More

Minggu, 28 September 2014

The Unholy Confession

I was born perfectly, I knew it, everybody knew it, but my logic always deny. I have too much pessimism than optimism in me. I always over think something and afraid for what I’ve done isn’t enough, they’re absolutely not perfect before my expectation. I hope too much, but I act too less. That’s why I stuck in this damn pathetic thinking, guess I will never go anywhere. My heart is like a door that is made without the key, I will never fall in love. Regretfully, I blame someone for my weakness, for all my faults. He is me, the weak of me. I hate myself when I do become soft, perhaps the world is rougher than the surface of the moon. I wish to be “Yes” man, accept all those kindness that universe gives, but I decided to refuse, cause they come too long. I hate waiting, neither you. I wish to be “Pygmalion”, the most pathetic ancient greek hero I ever know. He carve the statue of his own ideal woman he dreamt of, then suddenly the goddess of love feel so pity about him. With her Goddess power, she give live to the statue. Pygmalion feel so blessfull. I feel both, happy and jealous at the same time. Why didn’t she (Goddess of love) choose me? So, I can carve you in a statue, dear.
Sometimes, I browse the internet, click up WikiHow, do some search “How to talk to a girl you like?”. I’ve got nothing but only 404 error. They never be found, I never gonna get the answer. Then I’m realize that you’re not an object that have manual books. You’re special, You’re venus. The mysterious planet in my galaxy, even astronauts didn’t know what inside of you. You act like the logarithm equation that never be solved, even you give me those “alpha, betha, gamma”, but I’m too dull to catch the answer. I suck at math, I suck at love too.

I have bad headache all this time I think of you, you just like a large bad sector in memories of my brain I wish I’ll never clean. You stole a big half of my time, I waste the rest to find a way how you can see me now. I remember, some wiseman said,“ Brain is somewhere place like a house, Be wise to choose your furniture,” and this sounded right, cause I hang your images everywhere, your pictures anywhere in my mind, then you always appear in imagination. Some slang said in cool way, “Don’t waste your time thinking something/one they don’t give a shit (“take care”) about you”, but I tried not to believe it. I’ve read many books, they mention so many pearl of wisdoms. One of those pearl line in those book said,” Life is all about giving”, and you will get in balance for bonuses. I favorite one of them, “If you want to be loved, be lovable”. So, I choose to be lovable, by you.

We’re just like playing domino, I fall for you, and you fall to another. We live in antonym world, for what I see is “good”, and look like “bad” for you. You, the only one among all of the creatures which God created, that yet I don’t really understand. Just give me a reason why should I fall in love with you, so I can die peacefully right now for giving in, to find impossible way for this sickness. I name the disease like a love song I used to listen, the name is “What can I do to make you love me”. But, just like good novel, they don’t always have a good ending. And soon to be, we will forget each other now and then. I will pretend this feelings never happen, the part of “Falling in love with you”. 


Read More

Bukan Pesan Cinta



Surat ini sebenarnya sudah bertujuan. Beralamat, dan bertuan. Namun entah apa yang membuatnya tertahan. Bukan malam, apalagi sarana penghalang. Agaknya si pengirim terlalu pecundang.
Belum cukup waktu ratapan sendiri. Tiap pagi, dipertegas bila petang datang lebih awal. Bahagia dan semringah menyurut. Diusut oleh ombak yang kian mengkerut. Menanti nyala kelip di sudut benda mati yang hidup. Bersama timbunan hal yang sudah menjadi kenangan. Tidak lagi bisa maju sebagai momentum.
Enggan. Ia hanya mau bertengger di sana.

Mata belum jengah. Ingin berteriak selalu kuat tiap gelap. Dan carut marut batin semakin melahap kalap. harus dengan apa aku utarakan. Gadismu masih sama, menunggu dirimu yang lama. Yang baik-baik saja sejak pertama saling mengenal, lalu jatuh cinta.
Namun kini apa ? Ada dua orang yang punya rasa begitu dalam tapi mencoba saling benci dan lupa. Terkadang salah satu lemah, dan diperparah ketika sama-sama kuat.

Dimanapun kamu, semoga lekas gagal dari upaya keras menjadi sosok lain itu. Angin mulai lelah mengirimkan isyarat merdu. Kini, bahasa yang kutahu tinggal rasa. Usaha yang kubisa hanya doa. Dan kabar yang sanggup kutangkap cuma firasat.

Bagaimana kabarmu ?
Aku rindu.
Read More

Sabtu, 20 September 2014

Akan Tiba Pada Waktunya

akan tiba waktunya,
apa yang dinantikan, datang
apa yang diimpikan, terwujudkan
apa yang belum diungkapkan, terjelaskan
apa yang ditakdirkan, dipertemukan

yang dibutuhkan momentum hanyalah waktu. sebelum ia beranjak dan menjadi kenangan. yang dibutuhkan umat hanyalah menunggu. sebelum ia terkikis dan menonton deformasi berlangsung. yang dibutuhkan pemeran hanya mengikuti arus. sebelum ia terjun dan membentur batu. dan yang kubutuhkan hanyalah diam. sampai dimana aku terlupakan, tertinggalkan, atau bahkan terpilih.

Read More

Sabtu, 13 September 2014

Let's play



Hai.
Ada yang menahan untuk menyuarakan sesuatu beberapa waktu lalu. Terdengar seperti koneksi internet, dan ada juga yang disebut niat. Pagi ini, selalu pagi, dan terlalu pagi. saya mendapat pukulan dari seseorang, pukulan yang mengistilahkan dirinya sebagai "sedalam". Dia yang aku percaya, berkata maaf tidak mengetahui saya sudah sedalam itu. Ada yang melonjak juga pagi ini ketika ia menanyakan apakah saya sudah memakai baju selam meski lupa tidak membawa oksigen, lalu bisu menjawab, "Saya pakai baju tidur, saya pikir saya akan pergi ke Neverland, ternyata salah." Dia hanya membungkam dan menggenapi kata "sedalam" itu dengan dalam-dalam yang lain. Lalu berpesan, "Hati-hati, hati."

Masih dia, mengingatkanku akan si pemarah. Saya yang semula hanya jengkel dengan tuduhan egois disadarkan olehnya, "Marahnya itu sama keadaan. Kalo ternyata apa yang kalian yakini selama ini akan jadi sia-sia. Agama kembali menjadi sesuatu yang sakral. Dia tau dia pemenang, tapi dia tidak punya nomor peserta. Itu akan jadi sangat menyakitkan dari hanya sekedar ditinggalkan." Tidak ada jawaban yang lebih pantas dari, "Saya tahu." tapi saya yakin dia tahu saya tidak tahu. Dan akhirnya yang saya tahu hanya egois itu menyenangkan, jika lawan mainnya tepat.

Untuk dia yang lain.
Mungkin saya belum sadar dengan pukulan-pukulan itu. Terkadang saya berpikir siapa yang bisa membuat saya menunggu hanya dengan kalimat, "Tunggu saja nanti kalau saya sudah punya waktu." Tanpa permohonan menunggu, atau jaminan akan ditepati. Ada yang bilang dia orang yang sangat hebat atau sebaliknya saya yang glaukoma. Saya menggadaikan sesuatu tanpa berkas. Dia hanya datang terlambat tapi sudah menggenggam nomor peserta VIP. Curang. Dia menang telak tanpa melakukan apa-apa. Saya ingin tidak memenangkannya, tapi selalu gagal. Dan ritual 2 sampai 3 jam bertukar cerita itu menjadi sangat tidak masuk akal karena membuat saya semakin memenangkannya. Tanpa usaha. Dibalik keinginan ingin diusahakan, ada maaf yang selalu diberi percuma lantaran keinginan itu hanya bual belaka.

Untuk kamu.
Kalau saja ada kata yang lebih tinggi tingkatannya setelah "Maaf" saya ingin sekali kamu percaya. Saya berbohong terlalu banyak. Saya tahu kamu tahu saya berbohong, dan saya tahu kamu selalu berusaha untuk berdamai dengan marahmu, untuk berdamai dengan kondisi dan selalu mempertahankan meski kamu tahu pertahanan saya mulai rapuh. Saya tahu kamu selalu penuh usaha meski marah-marah. Orang lain tahu kamu tidak punya nomor peserta. Semoga kamu tidak pernah lelah berusaha.

Untuk saya.
Saya harap ini bukan hanya sekedar game virtual bobrok. Saya harap game ini membiarkan pemainnya punya 2 nyawa, dan hak veto untuk berjaga-jaga jika salah keputusan. Saya harap game ini segera di upgrade. Karena sudah ada yang mulai lelah bermain. Bahkan saya ingin saya yang kalah, bukan saya yang memutuskan siapa yang menang.



Read More

Blog List

Pages

© My Whole Trash, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena