ketidaksempurnaan rasa dalam cakrawala aksara .

Minggu, 09 Januari 2011

karna hujan .

Mungkin keikhlasan itu diuji saat kita tlah kehilangan sesuatu. Yang tersayang, tercinta, atau ter apapun. Aku menghadapi sebuah nyata yang mengharuskanku untuk menguatkan tumpuan agar tidak segera tersungkur. Aku melihatnya mendua, membohongi janji kita, menodai sayang kita, dan mendusta untuk sebagian besar hal lainnya. Bukan hanya aku yang terluka rupanya, dan tak sedikit pula. Apakah pantas semua itu diatas namakan kekhilafan, saat sengaja mengukir pahatan yang kalian sebut indah. Mataku nanar melongok keluar jendela.

Hujan, membasahiku sepulang sekolah. kuyup menjelaskanku bahwa aku sedang basah. Dinginku mengerti, kau mulai tidak jujur mengenai semua ini. Sakitku mengharap, tentang sebuah keadilan yang masih kau cerca. Becekku mencerna, tentang perasaan yang mungkin tlah hilang dari kalbu yang dulu kau tuju.

Ada seonggok daging segar yang melekat pada tulangku, sesegar ingatanku tentang malam gerimis yang mengharuskanku berjalan dengan kaki dan gigi yang tak berhenti menggetar, memperjuangkan cinta yang aku baru tahu berselimut dusta. Inikah yang aku perjuangkan? Seperti inikah lelaki yang aku pertahankan? Seketika saat dingin tak juga pergi, aku membahak diriku sendiri. Mempermalukan namaku yang tolol mengejar matahari. Matahari dalam malam yang bertaburan rinai air kecil membasahi aspal.

Dalam ikhlas itu, hati yang tak juga berhenti menghasilkan empedu, sama persis dengan maaf yang tak pernah berhenti mengalir. Ada sebersit untaian anak kalimat yang kini menggantung ingin kering di plavon ragaku,
“ jangan gini lagi sayang, karna perbuatanmu banyak orang yang tersakiti. Jangan bodoh sendirian, ajaklah aku turut serta dalam jahiliyahmu. Rebahkan badanmu dan akan kuusap dengan penuh rela semua peluhmu. ”

Lalu apakah ini? Sudahkah ikhlas? Saya jawab sendiri TIDAK! Susahnya aku memerangi diriku sendiri untuk melepasmu. Melepasmu sejenak dalam memoriku. Tanpa hujan, mungkin. Karna hujan mempercepat ingatanku untuk memproses segalanya tentang dirimu. Tak kecuali aku. Mungkin diri ini masih rentan, atau butuh waktu untuk pemulihan. Sampai aku kuat, takkan kubiarkan diriku melihat semua tentangmu. Karna tak ada yang bisa membantuku mengendalikan diri kecuali niat ini.

Awas! Jangan dekat-dekat. Sakit ini masih basah.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog List

Pages

© My Whole Trash, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena