mungkin itu dingin, ketika suara kendaraan yang aku kenal menepi mematikan bunyinya dan memacetkan jam dinging ketika hati sibuk bersyukur
mungkin itu dingin, ketika hadirmu mentransferkan panas dan menggetar dalam ruang yang sama meski hati berbeda
mungkin itu dingin, ketika tidurmu menina-bobokkan mataku dan kamu dalam insan yang tak sama namun berlayar dengan satu nahkoda
mungkin itu dingin, ketika tawamu menghambur dalam lingkaran yang mengharuskan kita saling berhadapan meskipun matamu tidak bermuara pada objek di depan
mungkin itu dingin, ketika sendokan makanmu yang pasti memacu gelombang statis untuk perutku meneriakkan lapar dalam dusta
mungkin itu dingin, ketika mentari pagi memapah langkah ku yang sempoyongan dalam radius yang memaksa segenap hati menerawang jelas punggung yang tertungkup cuma-cuma
mungkin itu dingin, ketika asap berlalu dan tujuanku hilang dalam jalanan pagi yang lengang namun mengekalkan setiap peristiwa yang hanya bisa aku beli dengan doa tanpa kembalian apa-apa
dan mungkin dingin menyadarkan aku untuk menarik perlahan tali harapan yang ku lepas bersama layang-layang
tali harapan yang ku lepas dengan angin, tanpa sadar apa badai masih selalu bersahabat, apa badai ikut mengamini doa yang aku panjat untuk kesenangan sesaat
untuk aku yang berat mengakui jika rasa ini mulai lebih dari sekedar suka
lanjut Cath... :)
BalasHapus