Tidak cukup sebuah senyum dan rasa syukur meskipun telah
berkali saya haturnya untuk menggambarkan segala hal yang terjadi hari ini. Entah...
apakah saya akan masih bisa bersahabat dengan kebetulan dan perasaan terpojok
yang menyenangkan itu?
Tidak ada media, tidak ada alat yang berhasil mengabadikan
moment beberapa menit yang syahdu tanpa terganggu . Hanya kenangan dan mata
beberapa, yang sempat menyematkan peristiwa sempurna di sore sehabis hujan itu.
Kata membuat saya merasa buruk rupa. Tanpa berucap, bibir
meramalkan apa saja yang bisa saya ingat. Merutuk waktu sejenak untuk syukur
yang saya ucap lirih. Dengan impuls yang bisa terhantar berupa senyum ala
kadarnya namun saya sadar sungguh tidak biasa.
Ada panas yang tiba-tiba menyerang, ada hal yang membuat
sekujur menjadi kaku papan kayu. Atau memerahkan muka yang pas-pasan. Jatung menderapkan
irama yang tidak lagi konstan. Diburu. Dijauhkan
dari singkronisitas rasa antara saya dan kamu.
Setelahnya saya hanya bisa menghambur tanpa alasan. Memandangi
dari jauh spektrum yang baru saja seradius dengan saya. Bukan mimpi. Tapi semua
usai kini. Malam mengingatkan saya untuk lekas sadar dari pasar raya perasaan
ini. Dongeng usai. Tidak ada lagi kebetulan atau keterpojokan yang mengasikkan.
Namun saya bersyukur. Sungguh bersyukur. Terimakasih moment,
terimakasih hujan.
0 komentar:
Posting Komentar