Dingin hujan merasuk tulang
tetesnya merajuk hingga mengikis ari
kudengar rintik-rintik terisak
berlomba jatuh di plavon rumah
kemerahan langit tersenyum manja
sadarkan aku dengan siapa kini kuberada
diam sejenak
kurasakan dingin yang terlalu
angin sore itu seakan bernyawa
meniupkan sebuah nama tak berdosa
aku sadar aku tlah berdusta
kuhirup lagi lekat-lekat
bau tanah semakin ingatkan aku akan status ini
aku masih miliknya
hingga fajar berpamitan
masih saja ku asyik termenung
kukenang sesosok air muka tak bersalah
meringkuh halus dikakiku
meneteskan air mata sesal
kini kudapati dirinya tersimpan rapi dalam hati
merengkuh tanpa bersuara
ketika sore mulai menua
sisa tetesan hujan ,
saat aku tak lagi bosan .
0 komentar:
Posting Komentar